Dilema Penggunaan Obat Rasional dan Inventaris AlKes (Alat Kesehatan)
Dilema Penggunaan Obat Rasional dan Inventaris AlKes (Alat Kesehatan), tulisan tersebut disampaikan oleh dr.Sandi Butarbutar sebagai Catatan dari blog yang dibuatnya berikut catatan lengkap tentang hal tersebut :
Tanggal 30 Mei 2012 s/d 1 Juni 2012 kita mengikuti Pelatihan Penggunaan Obat Rasional di Gedung Ratu Intan, Kotabaru. Pelatihan yang sangat penting sebenarnya, tapi kalau menurut saya secara pribadi akan lebih baik jika tema yang digunakan adalah Sharing Penggunaan Obat Rasional.
Kenapa? Karena menurut saya tidak susah jika harus menerapkan penggunaan obat rasional. Akan tetapi banyak sekali kendala yang mengharuskan kita (terutama Puskesmas Lontar) terpaksa tidak menggunakan obat secara rasional terutama untuk jenis Antibiotik.
Salah satu hal yang menurut pengalaman saya, yang memgharuskan kita menggunakan obat secara tidak rasional adalah Penggunaan Antibiotik.
Penggunaan Antibiotik terutama pada batita hingga anak umur 5 tahun terpaksa langsung kita berikan jika ada yang sakit terutama Gastroenteritis (termasuk diare non spesifik) maupun ISPA. Karena menurut kebiasaan masyarakat disini, bahwa sebelum dibawa ke Puskesmas seringkali si anak sudah diberikan antibiotik oleh orangtuanya (paling sering adalah Ampicillin) dan tidak tertutup kemungkinan sudah diberikan Antibiotik Chloramphenicol ataupun Cotrimoksazole dengan dosis yang tidak tepat sehingga kita terpaksa langsung memberikan Antibiotik.
Kejadian yang sering kita hadapi adalah jika seorang anak sakit baru sekitar 1-2 hari dibawa berobat ke Puskesmas tidak kita berikan Antibiotik, setelah 3 hari kemudian ternyata si Anak belum sembuh, orangtua si Anak tidak akan membawa ulang Anaknya untuk kontrol berobat ke Puskesmas kecuali jika si Anak sudah dalam keadaan yang sangat parah/sekarat dan membutuhkan tindakan Rujuk ke RS
Pada saat Pelatihan kita juga membahas tentang kebutuhan obat di Puskesmas dan permasalahan kelengkapan alkes dan obat-obatan yang sering sekali kurang. Untuk alkes jujur saya sebagai seorang dokter umum sangat membutuhkan Stethoscope yang baik sebagai alat untuk menunjang menegakkan diagnosa. Mudah-mudahan setelah pembahasan ini pihak Dinas Kesehatan akan memberikan Inventaris Alkes yang baik. Saya tidak mengharapkan diberi Stethoscope yang mahal seperti Merk Litmann yang harganya sekitar Rp.800.000 s/d Rp.1.100.000. Tapi setidaknya diberikan Stethoscope yang lumayanlah (Misalnya Merk Spirit), bukan Stetoschope murahan yang nota bene jelas-jelas kualitasnya sangat jauh dibawah standart, yang jika dipakai untuk mengukur Tekanan Darah saja sulit untuk di dengar, terlebih-lebih jika digunakan untuk mendengar Suara Pernafasan.
Jujur saya katakan bahwa stetoscope pribadi saya yang Merk Littmann (Jenis Stethoscope terbaik yang ada di pasaran Indonesia saat ini) sudah rusak di bagian membran karena sudah hampir 1 tahun untuk membantu menegakkan diagnosa selama saya bertugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Lontar. Begitu juga dengan Stethoscope milik rekan sejawat saya di Puskesmas Lontar, sudah rusak dibagian membran, dan kita sedang kebingungan untuk usaha memperbaiki Stethoscope tersebut, sebab belum ada kesempatan DL (DinasLuar) untuk pergi ke Kota Banjarmasin.
Dari sekian banyak yang kita bahas pada saat pelatihan, mudah-mudahanlah ada realisasinya. Tidak hanya sekedar cuap-cuap dan omong kosong belaka. Dan jika ada pihak-pihak ataupun pribadi yang mau membantu kita dalam permasalahan Inventaris Alkes, maka kita akan sangat berterimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar